Monday, 13 January 2014

TEKNIK RADIOGRAFI DASAR

                Teknik radiografi dasar adalah ilmu yang mempelajari tata cara pemotetran dengan menggunakan sinar—x (sinar roentgent) untuk membuat gambaran radiografi atau gambar roentgen yang baik, yang dapat dipakai untuk membantu dalam penegakka diagnosa.                Istilah “memotret” tidak hanya di kenal pada dunia fotografi namun juga dalam dunia radiografi. Untuk membedakan hal tersebut maka harus dilihat tiga hal, sebagai berikut :1.       Dalam penggunaan sinarnya, pada fotografi yang digunakan ialah cahaya biasa sedangkan dalam radiografi yang digunakan ialah sinar-x (sinar roentgen).2.       Dalam prinsip penggunaannya, Fotografi menggunakan lensa untuk menangkap cahaya yang dipantulkan oleh obyek untuk kemudian diteruskan ke film, sedangkan pada Radiografi sinar x-menembus obyek dan dirubah oleh Intensifying screen menjadi cahaya tampak untuk diteruskan ke film.3.       Peralatan, pada Radiografi membutuhkan peralatan yang lebih besar dan lebih rumit daripada Fotografi. A.      Pengaturan pasien :          Dalam melakukan pemotretan , maka pasien perlu diatur sedemikian rupa baik secara keseluruhan maupun bagian demi bagian, sehingga dapat memudahkan untuk pelaksanaan pemotretan pada bagian yang dicurigai terdapat kelainan/penyakit. Oleh karena itu pengaturan pasien digolongkan menjadi dua hal, yaitu :
 1.       Posisi pasien :












Supine = Tidur terlentang
Prone = Tidur telungkup
Lateral = miring menyamping ke kiri / kanan ( membentuk sudut 90o )

Oblique : miring membentuk sudut lebih kecil dari 90o
 Istilah oblique pada umumnya merupakan letak atau kedudukan pasien terhadap film dalam suatu pemotretan. Ada 4 macam kedudukan oblique,yaitu :
- Right Anterior Oblique ( RAO ). Artinya letak pasien miring dengan tepi kanan depan dekat terhadap film.
- Right Posterior Obique ( RPO ). Artinya letak pasien miring dengan tepi kanan belakang dekat dengan film.
- Left Anterior Oblique ( LAO ). Artinya letak pasien miring dengan tepi kiri depan dekat terhadap film.
- Left Posterior Oblique ( LPO ). Artinya pasien miringdengan tepi kiri belakang dekat terhadap film.

2.  Posisi obyek
Yang dimaksud dengan posisi obyek adalah letak atau kedudukan dari sebagian dari tubuh pasien yang perlu diatur dalam suatu pemotretan. Misalnya seorang pasien akan di foto tangannya, maka yang disebut obyek adalah posisi dari tangan pasien yang akan di foto. Pada umumnya untuk mengatur posisi obyek perlu dilakukan suatu pergerakan agar obyek tersebut berada pada posisi yang dikehendaki. Beberapa istilah pergerakan yang penting antara lain·        
Adduksi : gerakan merapat ke tubuh·  
 Fleksio : gerakan melipat sendi·         
Ekstensio : gerakan membuka sendi·         
Eversion : gerakan membuka sendi kaki·         
Inversion : gerakan menutup sendi kaki·         
Endorotasi : gerakan memutar ke dalam·         
Eksorotasi : gerakan memutar keluar·        
Inspirasi : tarik nafas·         
Ekspirasi : keluarkan nafas 

B.      Pengaturan obyek       
Sinar-x yang akan digunakan perlu diarahkan secara tepat kepada obyek yang akan difoto.  Disamping itu besarnya kekuatan sinar- x dan banyaknya sinar-x yang akan digunakan perlu diatur sesuai dengan obyek yang akan diperiksa. Oleh karena itu pengaturan sinar digolongkan menjadi :
·         FFD ( FOCUS FILM DISTANCE)Jarak antara sumber sinar ke film, perlu diatur pada setiap pemeriksaan karena akan berpengaru dengan kualitas gambaran, faktor eksposi yang akan digunakan dan lain sebagainya. Pada umumnya FFD yang digunakan pada pemeriksaan radiografi berkisar antara 40-180 cm, tergantung dengan obyek yang akan diperiksa. Fokus film distance dibagi menjadi dua :
·         OFD (OBYEK FILM DISTANCE) : jarak obyek ke film
·         FOD (FOCUS OBYEK DISTANCE) : jarak fokus ke obyek·       

  CR (CENTRAL RAY)Yang dimaksud dengan CR ialah pusat dari berkas sinar-x yang digunakan dalam pemotretan. CR merupakan garis lurus tengah-tengah berkas sinar yang menunjukan arah atau jalannya sinar tersebut. Selanjutnya CR akan diarahkan ke satu titik pada obyek, titik tersebut dinamakan CP ( CENTRAL POINT).  Istilah-istilah arah sinar biasanya disebut sesuai dengan arah datang dan perginya sinar, seperti :
Antero-Posterior : sinar dari depan ke belakang 
Postero-Anterior : sinar dari belakang ke depan
Trans – Lateral : sinar dari tepi yang satu ke tepi yang lain
- Dorso-Ventral = sinar dari punggung ke perut
- Ventro-Dorsal = sinar dari perut ke punggung
- Dorso-Plantar = sinar dari punggung ke telapak ( tangan/kaki )
- Planto-Dorsal = sinar dari telapak ke punggung ( tangan/kaki )
- Supero-Inferior = sinar dari atas ke bawah
- Infero-Superior = sinar dari bawah ke atas
- Latero-Medial = sinar dari tepi ke tengah
- Medio-Lateral = sinar dari tengah ke tepi
- Caudo-Cranial = sinar dari kaki ke kepala
- Cranio-Caudial = sinar dari kepala ke kaki
- Axial = sinar menuju ke poros sendi
- Tangensial = sinar membentuk garis singgung terhadap obyek.

·           Pengaturan Faktor EksposiFaktor eksposi ( faktor penyinaran) meliputi kV (kilovolt) ialah satuan beda potensial yang diberikan pada katoda dan anoda didalam tabung roentgen, mA (miliampere) ialah satuan arus tabung, dan s (second) satuan waktu penyinaran, kV akan menentukan kualitas sinar – x yang diproduksi, dan mAs akan menentukan kuantitas yang akan diproduksi.Besar FE berbeda-beda tiap pemeriksaan yang akan dilakukan, oleh karena itu beberapa faktor yang mempengaruhi bedanya FE antara lain :
·         Ketebalan obyek : semakin tebal obyek yang akan diperiksa maka semakin besar FE yang diberikan
·         Pada penggunaan FFD yang besar memerlukan FE yang lebih tinggi
·         Teknik pemeriksaan yang dilakukan seperti High kV Technique, Sift Tissue Technique FE yang digunakan berbeda dengan pemeriksaan radiologi biasanya.
·         Dengan peralatan tertentu , seperti grid, screen film dan lain-lain masing masing akan mempengaruhi FE yang akan diberikan.x


No comments:

Post a Comment